Orang-orang berhasil tidak hanya dengan keras hati, melainkan mereka juga pekerja keras yang percaya pada kemampuan dirinya.

Belajar dari Kegagalan, Iqbal Bagikan Kisahnya Menaklukkan Penerbit Ternama


Iqbal Damawi, Penulis professional asal Pati
 

Menyerahkan diri menjadi seorang penulis merupakan motto hidupnya. Hal tersebut yang menjadikan Iqbal Damawi dapat menjadi seorang penulis profesional. Berkat hobinya tersebut, ia mampu dikenal banyak orang karena telah meresensi, mengedit dan membuat buku.

BUKU yang ditulis Iqbal Damawi sekitar 17 judul buku. Salah satu buku yang diangkat dari kisah nyata bersama keluarganya yakni Hidup, Cinta dan Bahagia. Buku tersebut diterbitkan penerbit ternama di Indonesia.

Untuk bisa masuk ke penerbit tersebut, menurutnya merupakan kebahagiaan tersendiri. Sebab, dari 17 karyanya, baru naskah tersebut yang dapat diterima.

Kecintaaannya terhadap buku sejak dirinya, mondok di pesantren yang ada di Jogja.

Ia terinspirasi dari kiainya, karena sering memberikan hadiah buku pada santrinya yang berprestasi. Kemudian dirinya sering membaca buku, setelah membaca buku ia ingin membagikan wawasan tersebut ke teman-temannya atau orang lain.

Setelah membaca buku dirinya, ingin membuat buku akan tetapi belum bisa. Akhirnya dirinya memulai menulis dengan meresensi buku yang sudah di bacanya. Dari situ bakat menulisnya mulai terasah, semakin meresensi dirinya semakin rajin untuk terus membaca buku.

”Waktu meresensi hanya dikonsumsi sendiri. Saya disarankan teman saya untuk meresensi dan mengirimnya diberbagai media lokal maupun nasional,”terang Iqbal, yang kini tinggal di Desa Margomulyo, Kecamatan Tayu, Pati.

Saat mencoba mengirimkannya ke majalah, koran selama enam bulan tidak ada satupun resensinya yang diterima. Setelah enam bulan baru ada yang media yang memuat resensinya. Dari situ dirinya semangat kembali untuk meresensi buku, sebab dengan meresensi buku ia bisa mendapatkan buku gratis dari penerbit.

Selain buku gratis juga dapat honorium dari media yang memuatnya. Setelah banyak mengumpulkan pundi-pundi rupiah dengan meresensi buku. Ia beranikan dirinya untuk bekerja disalah satu penerbit buku, untuk menjadi seorang editor naskah buku agar dapat mempelajari cara membuat buku.

”Saya meresensi buku aktif dan masuk dimedia setelah menikah dengan istri saya. Karena belum mendapatkan pekerjaan saya . mencari uang dengan meresensi buku bersama istri,”kenangnya.

Menurutnya, saat menulis resensi dirinya belum punya komputer. Ia menulis mengunakan kertas kemudian melakukan rental, istrinya yang mengetik dia yang membacakan hasil resensi buku tersebut.

Kini Iqbal sering diundang menjadi pembicara dan motivator untuk menulis buku. Banyak universitas yang menjadikan dirinya sebagai narasumber. Walaupun sudah mempuyai nama dalam dunia penulisan. Ia tetap menjadi pribadi yang santun dan ramah kepada semua orang.

Menurutnya, pengalaman menarik saat menjadi narasumber, ketika dirinya di undang salah satu yayasan di Makasar Desa Mamasak. Disama ia sangat kaget dan terpesona, karena yang mengundang orang non muslim tapi melakukan kegiatan pelatihan menulis di Madrasah Taman Qur’an (MTQ).

”Mamasak jaraknya dari makasar sangat luar bisa dan berkesan jalannya jauh, banyak tebing yang curam dan mau longsor. Untuk masuk ke desa tersebut harus menempuh sepuluh jam dari Kota Toraja Makasar,”ungkapnya

Kesibukan saat ini kesibukannya menulis, mengedit sesekali mengajar menulis di sanggar maupun di pesantren Kajen. Selain itu ia juga masih meluangkan waktu untuk menjadi editor freeland, hampir setiap bulan dirinya mengedit dua naskah setiap bulannya. Ia mendapatkan gaji dari mengedit naskah 2 juta pernaskah. Menurutnya, sekarang menulis bukan lagi untuk carier atau mencari uang akan tetapi sudah menjadi pangilan hidupnya.(fn/FN/MK)

0 Komentar

    Tambah Komentar