Orang-orang berhasil tidak hanya dengan keras hati, melainkan mereka juga pekerja keras yang percaya pada kemampuan dirinya.

Tinggalkan Cara Konvensional Demi Sejahterakan Petani


PANEN : Sejumlah pekerja di Desa/Kecamatan Pucakwangi sedang memanen padi dengan mesin perontok.
 

WINONG – Perkembangan alat dan mesin pertanian diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Hal ini dikarenakan biaya untuk bercocok tanam padi sangat besar ketika menggunakan cara konvensional yaitu dengan tenaga manusia.

Koordinator penyuluh pertanian lapangan (PPL) Kecamatan Winong Sujo mengungkapkan, biaya yang harus dikeluarkan petani padi dalam 1 hektar lahan pertanian Rp 6 juta sampai Rp 10 juta sekali musim tanam (MT). Hal ini sangat merugikan petani ketika panen. Penggarap sawah hanya mendapatkan keuntungan beberapa juta saja atau bahkan mengalami kerugian.

“Dengan menggunakan alsintan (alat mesin pertanian), diharapkan dapat mempermudah bercocok tanam padi. Dan akhirnya, bisa meningkatkan kualitas hidup petani dan keluarganya,” beber Sujo.

Pihaknya juga menambahkan, terkait dampak sosial yang akan timbul perlahan juga akan berkurang. Seperti buruh tani yang mengeluhkan penurunan pendapatan mereka ketika musim tanam dan panen. Mayoritas buruh tani sudah berusia tua, dan keadaan seperti ini bisa diatasi dengan memberdayakan mereka. Yaitu dengan memberikan pelatihan kerja agar nantinya tercipta home industry baru.

“Sebenarnya, dampak sosial seperti itu bisa diatasi dengan mudah. Dan sangat disayangkan ketika manula masih melakukan pekerjaan yang berat. Karena dalam agama juga telah dijelaskan bahwa adanya zakat pertanian yang harus dikeluarkan oleh petani,” tambahnya.

Dari efektivitas alsintan yang dikampanyekan oleh pemerintah dan media masa, masalah lain memang muncul. Beberapa petani masih mengeluhkan kekurangan alsintan, karena keadaan tiap wilayah berbeda-beda.

“Saya untuk membajak sawah menggunakan alsintan menggunakan hand tractor, harus bersusah payah mengangkut traktor. Karena letak lahan persawahan berbentuk terasering,” beber Sardi, warga RT 2 RW II Desa/Kecamatan Pucakwangi.

Pernyataan serupa diungkapkan oleh Sudar, warga RT 4 RW IV Dukuh Gragalan Desa Sokopuluhan, Pucakwangi. Untuk lahan pertanian yang luas dan tanahnya tidak berlumpur memang lebih efektif menggunakan mesin panen dan mesin tanam.

”Tetapi ketika lahan pertanian yang dipunyai petani petani tidak terlalu luas, maka lebih efektif menggunakan tenaga manusia. Saya menanam padi juga tidak untuk dijual. Karena lahan pertanian milik saya tidak terlalu luas. Dan hanya cukup untuk kebutuhan makan selama satu tahun,” tambahnya. (fn/FN/MK)

0 Komentar

    Tambah Komentar