Seorang pemenang takkan pernah berhenti untuk berusaha dan orang yang berhenti untuk berusaha takkan menjadi seorang pemenang

Empat Wanita Asal Tawangrejo, Merintis Batik Bertema Pemandangan Desa


Batik Tawangrejo Terinspirasi Dari Pemandangan Desa 
 

Batik yang di buat oleh pengrajin yang berada di Desa Tawangrejo Kecamatan Winong mengambil tema pemandangan pedesaan, motif yang ditawarkan antara lain randu alas, bunga sepatu, dan daun bambu. Para perintis usaha batik ini, berawal dari mengikuti kegiatan pameran di Magelang, dan seketika itu mendapat pesanan batik dari bank BRI.

Kegiatan membatik ini diawali saat mengikuti pelatihan melukis di balai kerja mandiri (BKM) yang diadakan oleh pihak desa. Kegiatan batik ini di gagas oleh 4 wanita yang berdomisili di Desa Tawangrejo yakni, Dwi Yuli Astuti, Nur Anandifah, Eni Ernawati, dan Siti Masruroh.

“Awalnya kami coba-coba, dan kami berkonsultasi kepada guru lukis kami saat di BKM, dan darinya lah kami diberi arahan untuk membuat batik, setelah bisa kami disuruh mengikuti pameran batik di Magelang,” kenang Nur Anandifah warga RT 04/RW I Desa Tawangrejo, salah satu pemilik usaha batik.

Dwi Yuli Astuti warga RT 02/RW II Desa Tawangrejo mengaku, modal awal untuk memulai usaha ini sebesar Rp 5.000.000, modal tersebut di dapat dari empat orang pendiri usaha batik ini. Modal tersebut selanjutnya digunakan untuk membeli peralatan dan bahan untuk membatik, canting yang digunakan adalah canting konvensional, pihaknya mengaku lebih nyaman menggunakan alat batik ini.

“Sebenarnya ada 5 anggota, tetapi anggota yang satunya sudah berkeluarga dan ikut suaminya,” tambah Eni Ernawati warga RT 03/RW II Desa Tawangrejo.

Perbulan kapasitas produksi produksi usaha batik yang juga ditenagai 4 orang ini, dapat menghasilkan 25 lembar dengan lebar sekitar 2 meter dan panjang 2,10 meter per lembarnya. Harga perlembar batik buatan warga Desa Tawangrejo ini sangat terjangkau, antara Rp100.000/lembar hingga Rp400.000/lembar tergantung kerumitan.

“Kapasitas produksi kami tergantung kesibukan masing-masing anggota, tetapi ketika ada pesanan banyak, kami harus mengerjakan batik siang malam karena pengerjaan nya manual dan jumlah yang pekerjanya juga hanya 4 orang,” ungkap Siti Masruroh warga RT02/RWII Desa Tawangrejo. (po/FN/MK)

0 Komentar

    Tambah Komentar