Seorang pemenang takkan pernah berhenti untuk berusaha dan orang yang berhenti untuk berusaha takkan menjadi seorang pemenang

Bupati : Soal Kebersamaan, Masyarakat di Dunia Nyata Lebih Dewasa Ketimbang Warganet

 

Bupati Pati Haryanto kemarin menghadiri Peringatan Waisak 2563 BE (Buddhis Era) yang diselenggarakan oleh Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI) Kabupaten Pati di Vihara Bodhi Kaloka, Desa Karangsari, Kecamatan Cluwak. Di hadapan ribuan umat Buddha asal Pati, Kudus, dan Jepara, Haryanto mengucapkan selamat kepada warga Buddha yang memperingati Trisuci Waisak.

Haryanto juga secara khusus mengapresiasi tema yang diusung KBI dalam perayaan Waisak tahun ini, yakni "Mencintai Tanah Air Indonesia". Membahas tema tersebut, Bupati Haryanto mengaitkannya dengan pelaksanaan pesta demokrasi dan upaya menjaga kebersamaan sebagai wujud cinta tanah air.

"Sebagaimana tema yang diusung, dengan kondisi di mana kita seringkali dipertemukan dengan pesta demokrasi, mulai Pilkades, Pilkada, Pileg, hingga Pilpres, seringkali kita seakan-akan dipisahkan antara satu dengan yang lain. Namun, dengan kedewasaan Bapak-Ibu sekalian, kita patut bersyukur, yang ramai hanya di media sosial. Di kehidupan nyata kita lebih dewasa. Sebab, setiap kali memperingati hari besar keagamaan, kita tidak pernah mengajarkan untuk berseteru," ucapnya.

Haryanto berharap, peringatan Waisak dapat memberi semangat dan inspirasi agar bangsa Indonesia tidak mudah terpecah belah, lebih-lebih karena perbedaan keyakinan. "Kita harus bersatu agar saling mengasihi, tidak bercerai berai. Semangat cinta tanah air harus dimulai dari kita yang ada di bawah," tandasnya.

Menurut Haryanto, peringatan hari besar keagamaan antara lain dilakukan untuk meneladani nilai kebersamaan dan semangat guyub rukun yang dicontohkan para pendahulu dan para pemuka agama.

"Semua agama tidak ada yang memberi ajaran yang tidak baik, misalnya memusuhi negara dan mencerai-berai masyarakat. Kalau ada yang seperti itu, dia hanya oknum yang ingin membuat suasana tidak damai. Oleh karena itu, jangan ada anggapan bahwa yang mayoritas menang-menangan dan yang minoritas merasa tertekan. Kita semua mempunyai kesempatan yang sama untuk hidup damai di negara ini," tegasnya.

Haryanto mengungkapkan, kehadirannya dalam peringatan Waisak di Vihara Bodhi Kaloka, secara tidak langsung merupakan upayanya dalam membina kerukunan umat beragama yang ada di Pati. "Mudah-mudahan peringatan Waisak bisa meningkatkan kepercayaan kita kepada Yang Maha Kuasa", imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Amin Untario yang diwakili oleh Wakil Sekretaris Jenderal 1 DPP MBI menyampaikan, Waisyak merupakan momentum yang sangat ditunggu umat Buddha di seluruh dunia untuk diperingati dan dirayakan mengingat betapa besarnya makna kehadiran Buddha bagi dunia.

"Waisyak diperingati bukan sekadar untuk mengingat tiga peristiwa penting, yaitu lahirnya Pangeran Siddharta, Pertapa Gautama mencapai pencerahan sempurna, dan wafatnya Sang Buddha melainkan juga bagaimana kita menyadari bahwa kehadiran manusia agung yang kita sebut Buddha, dengan penuh kasih sayang telah menerangi dunia. Sehingga kita dapat meneladani dengan mempraktikkan apa yang diajarkan Sang Buddha," tuturnya.

Mencintai Tanah Air Indonesia, lanjutnya, adalah tema Waisak yang diusung Keluarga Buddhayana Indonesia tahun ini. Tema ini bertujuan untuk mengingatkan umat Buddha agar bersama-sama mengembangkan sikap mawas diri, toleransi terhadap agama maupun kebahagiaan orang lain, membagi kebahagiaan, dan menunjukkan cinta kasih kepada semua makhluk.

"Dalai Lama mengatakan, seorang praktisi agama sejati tidak akan melakukan kekerasan dan intimidasi terhadap warga yang berbeda agama dan keyakinannya. Oleh karenanya, mari kita bertekad dan berlaku baik, menghargai sesama, menumbuhkan cinta kasih, toleransi terhadap sesama umat Buddha dan umat beragama lain, dan hidup dalam keadaan harmonis," imbaunya.

Tema peringatan Waisak tahun ini, lanjutnya, sesuai dengan nilai-nilai yang diusung KBI, yakni nonsektarian, inklusivisme, pluralisme, universalisme, dan keyakinan kepada Dharmakaya Sanghyang Adi Buddha. (fn1/FN /MK)

0 Komentar

    Tambah Komentar