Tegas akan diri sendiri, buang pikiran negatif dan lakukan yang baik. Kegelisahan hanya milik mereka yang putus asa

Memaknai Hari Ibu

Dengan demikian, Hari Ibu ala Barat yang diperingati di negara asalnya lebih dominan memanjakan ibu/istri selama sehari penuh. Itu boleh-boleh saja dilakukan. Tetapi bangsa Indonesia patut juga menggali makna Hari Ibu, yang penuh perjuangan bagi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Bermula dari sejarah Kongres Pemuda 28 Oktober 1928, kaum perempuan terpanggil untuk ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Di era tersebut, banyak perempuan menjadi korban kawin paksa. Buruh perempuan diupah murah, perdagangan perempuan dan sedikit sekali perempuan yang berpendidikan.

Hal itulah antara lain yang menjadi inspirasi, sehingga sebagian perempuan Indonesia terpanggil untuk memperjuangkan nasib kaum mereka. Makna Hari Ibu sebenarnya sangat dalam. Tidak cukup dengan menghormati prestasi dan peran domestik mereka, tapi yang diserukan prestasi mendidik generasi.

Berdasarkan sejarah, sungguh menakjubkan perjuangan kaum perempuan. Merdeka berpikir untuk mengenyam pendidikan yang sama dengan kaum lelaki. Merdeka berbuat agar tidak menjadi objek di rumah tangga. Merdeka berkarya sehingga bukan sebagai buruh yang diupah murah, dan ingin kemerdekaan lainnya.

Di era perjuangan dan awal kemerdekaan, pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang mahal dan mewah bagi perempuan. Kini saatnya, kesempatan menimba ilmu terbuka lebar bagi kaum perempuan. Sungguh ironi ketika jalan terbentang luas, perempuan di zaman sekarang enggan mengambil kesempatan tersebut.

Sosok perempuan sekarang, dipandang tidak hanya dalam ruang lingkup kecil yakni rumah tangga. Kini, mereka dipandang sebagai sosok yang mampu mengubah nasib bangsa. Itulah antara lain yang mendasari semangat Hari Ibu pada 22 Desember. Bukan hanya menjadi ibu bagi anak-anaknya, tapi menjadi ibu bagi bangsa ini.

Semangat mewujudkan perempuan sebagai ibu bagi bangsa ini, juga muncul dari kumpulan perempuan yang tidak sama dengan perempuan zaman dulu sehingga bisa terbentuk kekuatan sebagai penentu perubahan bangsa. Buktinya, kaum ibu tidak mudah pasrah pada keadaan.

Mereka selalu berusaha meninggalkan ketertinggalan dari kaum lelaki, baik di dunia pendidikan, tenaga kerja profesional, maupun wirausaha mandiri. Juga bermitra dengan suami di rumah tangga dan sosialisasi terhadap sesama kaum ibu. Minimal, mereka menjadi pahlawan bagi keluarganya.

Dengan demikian, tidak ada alasan untuk tidak berkhidmat terhadap kaum ibu setelah menelisik peran mereka yang demikian penting. Apalagi peran utama tadi, sebagai pengasuh dan guru pertama bagi semua anak manusia. Maka, tidaklah cukup hanya memberi keistimewaan di Hari Ibu 22 Desember kepada mereka. (*)

0 Komentar

    Tambah Komentar