Seorang pemenang takkan pernah berhenti untuk berusaha dan orang yang berhenti untuk berusaha takkan menjadi seorang pemenang

Makam Gunung Jadi, Pendiri Kota Pati

Belum lama ini Pemerintah Kabupaten Pati, Jawa Tengah mengakui Makam Gunung Jadi sebagai makam leluhur atau makam sesepuh cikal bakal masyarakat Pati. Makam tersebut berlokasi di Dusun Branjang Krajan, Desa Branjang, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.

Pengakuan itu, menurut warga setempat, Hariyono, belum lama yakni sekitar setahun silam. Padahal makam Ratu Sepuh Pati atau Ki Ageng Panjawi sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Lokasinya memang berada di tanah paling tinggi di Desa Branjang.

Dahulu, nisan dan cungub makam terbuat dari kayu jati. Hanya saja karena tidak ada yang memperhatikan, tanda pemakaman tadi lapuk karena cuaca dan rayap. “Kalau diteliti secara lisan, tidak serta merta bisa ketemu. Bisa ketemu karena petunjuk Allah SWT, diantaranya melalui salat istiharah,” katanya.

Ki Ageng Panjawi, lanjutnya, bisa sampai di Branjang tidak terlepas dari penyamaran. Apabila dirunut, sejarah mengatakan bila zaman dahulu Sultan Hadi Wijaya pernah menggelar sayembara. Siapa yang bisa mengalahkan Arya Penangsang, akan diberi hadiah. Yang bekerja hanya tiga tokoh, meliputi Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Panjawi, dan Ki Juru Martani. Ki Juru Martani diangkat menjadi Patih di Pajang, Ki Ageng Pemanahan diberi hadiah tanah di Hutan Mentaok (Kota Gede, DIY), sedangkan Ki Ageng Panjawi diberi tanah perdikan di Pati.

“Oleh sebab itu, warga Pati dan sekitarnya sering berkunjung ke sini. Selain ziarah, mereka berusaha merawat makam yang ada,” jelasnya.

Nama Gunung Jadi, tidak terlepas dari Gunungpati. Mengingat luasan lahan lerengnya sampai wilayah Gunungpati, Kota Semarang.

Tokoh pendiri Pati, memang diyakini pernah menetap di Gunungpati dan hidup dari memelihara lembu untuk diambil susunya. Lembu tadi dipelihara hingga tutup usia, dan dikenal dengan Pragalapati.

“Mitos yang kita ketahui, pucuk gunungnya adalah Gunung Sewakul (di Bandarjo, Ungaran), tengahannya Gunung Turun (di Gunungpati, Kota Semarang), lalu sisanya Gal Gunung,” terangnya.

Warga Branjang dan masyarakat Kabupaten Pati, setiap 20 Rajab menggelar haul di Makam Gunung Jadi. Terlepas dari itu, Hari mengaku untuk mendapatkan pengakuan kedudukan makam para sesepuh Pati memang tidak mudah. Karena harus melalui kajian dan pendapat beberapa tokoh termasuk ulama.

Bersama makam Ki Ageng Panjawi, di sekitar makam Gunung Jadi juga diyakini warga ada makam sejumlah tokoh penting. Diantaranya, ulama besar penyebar Agama Islam, Sunan Geseng, Buyut Salbiyah, Mbah Sukardi, dan R Djoyo Manggilingan.

 

Sumber :http://berita.suaramerdeka.com

0 Komentar

    Tambah Komentar