Orang-orang berhasil tidak hanya dengan keras hati, melainkan mereka juga pekerja keras yang percaya pada kemampuan dirinya.

Menikmati Tradisi Sabanan di Juwana, Tak Lengkap Tanpa Melihat Lapak Seni Komunitas Ini


PERSIAPAN : Anggota komunitas Cah Juwana Pluralitas (CJP) melukis baliho lapak seni jelang perayaan Sabanan di Juwana kemarin
 

Kecamatan Juwana memiliki tradisi unik jelang Ramadan, yakni budaya Sabanan (pasar malam) yang digelar 15 hari Ramadan. Tak hanya pelaku usaha, Komunitas Cah Juwana Pluralitas (CJP) juga membuka lapak seni untuk memeriahkan Sabanan.

SEKELOMPOK anak muda yang tergabung dalam Komunitas CJP tampak duduk di halaman Kantor Kecamatan Juwana kemarin. Lokasi itu menjadi tempat dibukanya lapak seni yang akan digelar mulai 11-12 Mei mendatang. Saat ini mereka tengah mempersiapkan segala sesuatunya.

Sesekali mereka beradu pendapat, selebihnya mereka terbawa dalam canda tawa. Mempersiapkan lapak seni tak membuat mereka tegang. Sebaliknya jiwa seni membuat mereka bebas berimajinasi.

CJP bukan saja milik anak muda Juwana. Mulai anak muda hingga tua tergabung dalam komunitas tersebut. Salah satu yang tertua di antara mereka ialah AM. Nugroho. Salah satu panitia Lapak Seni yang berperan di seksidokumentasi sering mempublikasi persiapan jelang acara melalui media sosial.

“Lapak seni ini menjadi panggung ekspresi bagi warga sekitar. Kami mempersilahkan semua kalangan, baik anak-anak, ibu-ibu, kaum muda atau siapapun yang ingin berpartisipasi. Silakan menampilkan keterampilannya di bidang seni,” katanya kemarin.  

Biasanya, para ibu akan mendukung bakat anaknya untuk tampil di Lapak Seni. Baik menyanyi, menari hinggamembaca puisi. “Mereka bebas menampilkan kesenian apapun. Intinya dari Lapak Seni ini adalah memberi ruang bagi mereka untuk berekspresi,” terangnya.

Mengusung tema Sambung Roso, Sambung Nyowo, Lapak Seni berusaha mengajak masyarakat menguatkan kembali semangat Bhineka Tunggal Ika. Acara dibuka setelah Maghrib hingga tengah malam. Namun bagi anak-anak yang ingin tampil akan diberi waktu di awal acara.

Lapak Seni ini diapresiasi berbagai kalangan. Tak hanya masyarakat dan pemerintah kecamatan setempat yang memberi dukungan. Beberapa seniman luar daerah pun turut menyanjung kegiatan Lapak Seni.

Dari tahun ke tahun, Lapak Seni selalu dihadiri seniman-seniman dari luar daerah. Terkadang mereka menyumbangkan pertunjukan apik mereka. Sehingga panggung lapak seni semakin hidup dan berkelas.

Untuk dana, AM. Nugroho mengaku, semua anggota CJP turut menyokong. Tak ada sumbangan dari pihak luar atau hasil dari mengedarkan proposal.

“Kami melakukan semua ini dengan tulus. Karena ingin mendorong seni tradisional  tetao eksis di tengah-tengahmasyarakat. Kami biasa iuran untuk menyukseskan acara sesuai kemampuan masing-masing, tanpa minta-minta mana. Namun jika ada yang ingin menyumbang, kami terima. Tapi kalau meminta tidak pernah,” terangnya.

Begitupun untuk menjadi pengisi Lapak Seni. Semua gratis dan bisa menampilkan pertunjukan tanpa dipungut bayaran. Karena Lapak Seni bukan ajang lomba seni tradisional ataupun panggung hiburan mahal. Semua dari seniman untuk menghidupkan kearifan lokal sebagai sumber kreasi dan inspirasi warga Juwana. ( HP/FN/MK)

0 Komentar

    Tambah Komentar